Doc. Vika Tahta Aunillah

Kopri (Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Puteri) merupakan lembaga gerakan perempuan yang menangani isu perempuan secara umum dan persoalan perempuan di PMII. KOPRI melewati banyak sekali rintangan dari awal berdirinya sampai sekarang. Menukil dari artikel NU online, Lahirnya KOPRI dilatarbelakangi oleh dua faktor, yakni faktor internal dan eksternal. Secara internal, perkembangan kuantitas dan kualitas menimbulkan keinginan untuk mendirikan Kopri sebagai otonom di PMII. Keinginan tersebut merupakan bentuk keteguhan perempuan yang merasa mampu dalam menentukan kebijakan tanpa mengekor kepada laki-laki.

Tahun 16 Februari 1966 dilaksanakannya training kursus keputrian yang melahirkan Panca norma KOPRI dan menjadi Acuan dari pergerakan-pergerakan. KOPRI mengalami pasang surut pergerakan dari sejak berdirinya sampai sekarang, namun hal tersebut tetap tidak membuat pergerakan ini hilang begitu saja.

Pada tanggal 7-11 Februari 1967. KOPRI berdiri sebagai Departemen keputrian. Pada tanggal 25 November 1967, nama KOPRI tercetus, sebagai singkatan dari Korps Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Puteri, yang  terbentuk sebagai badan semi otonom. Badan yang dibentuk di bawah naungan PMII dan berfokus pada isu perempuan serta kesetaraan gender. 

Pada tahun 1970, diadakannya kongres 4 PMII sekaligus Musyawarah Nasional KOPRI untuk pertama kalinya. 

Pada tahun 1973 KOPRI dinyatakan bubar dikarenakan dalam Kongres tersebut KOPRI tidak datang dan tidak membuat LPJ (Laporan penanggung jawaban) serta tidak diketahui dengan jelas berlangsung atau tidaknya kegiatan kopri. pada tahun itu ketua KOPRI yang sedang menjabat adalah Abidah Hamid, ketua kopri ke 6.

Keadaan sosial dan huru-hara yang tengah terjadi di Indonesia saat itu membuat perempuan kesulitan memperjuangkan kesetaraannya. Begitupun dengan KOPRI, banyaknya pernikahan muda atau di bawah umur,  membuat hilang nya ketertarikan perempuan pada organisasi.

Pada tahun 1988 KOPRI diadakan kembali di Surabaya dan diketuai oleh Khofifah Indar Parawansa, karena beliau  merasa perempuan memiliki potensi untuk bergerak dan memperjuangkan kesetaraannya, namun pada tahun 2000 KOPRI kembali bubar karena dalam suatu Kongres, KOPRI kalah suara. Dalam kongres tersebut banyak yang merasa adanya KOPRI tidak menimbulkan kemajuan apa-apa dan terkesan stagnan. Ada atau tidaknya KOPRI tak memiliki perubahan apapun. 

Pada April 2003 dibentuklah POKJA (Kelompok Kerja Perempuan) yang membahas strategi agar KOPRI kembali berdiri. 

Pada 25 September 2003, KOPRI terbentuk kembali dan terus bertahan sampai sekarang. KOPRI tetap berjuang untuk membentuk perubahan dan menyuarakan aspirasi perempuan dalam pergerakan.

KOPRI diharapkan terus eksis dan bertahan dalam setiap perkembangan zaman untuk memperjuangkan hak-hak perempuan. 

Suara perempuan, Suara perubahan! 

Salam Pergerakan!


Oleh: Miftahul Jannah (Pengurus PMII Rayon Averroes Masa Khidmah 2024/2025)

Editor: Nadsaf