Doc. Inter |
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia rayon Abdurrahman Wahid Komisariat UIN Walisongo Semarang sebagai organisasi ekstra kemahasiswaan yang daerah teritorialnya berada di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo Semarang yang diproyeksikan untuk menjadi tenaga pendidik ataupun tenaga kependidikan. Terlepas banyak alumni yang tidak berprofesi sebagai guru atau orang yang bekerja di lembaga pendidikan, tetapi minimal memiliki intelektual pendidikan yang lebih dibandingkan alumni dari fakultas lain. Namun pada tulisan ini penulis mencoba membatasi peran kader PMII rayon Abdurrahman Wahid yang menjadi Guru atau orang yang bekerja di Lembaga pendidikan.
PMII rayon Abdurrahman Wahid yang merupakan wadah bagi Mahasiswa UIN Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan memiliki passion dalam dunia pendidikan sudah sewajarnya mempunyai sebuah gebrakan demi terwujudnya sistem pendidikan yang semestinya. Kembali kepada hakikat pendidikan yang memanusiakan manusia secara implisit seharusnya mampu mencetak alumni sekolah yang dapat menganggap manusia yang manusiawi. Reformasi pendidikan semestinya berorientasi pada pola pikir terlebih tingkah laku siswanya dalam kehidupan sehari-harinya.
Di era milenial ini demi menuju negara yang berkemajuan pembangunan dengan masif digalakkan pemerintah. Sayangnya dengan proyek pembangunan yang dilakukan secara masif tersebut tidak diimbangi gagasan menjaga kedaulatan ekosistem disekitarnya. analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang sejatinya sebagai alat guna mempertimbangkan putusan apa yang akan dikeluarkan pihak berwenang tentang disetujui atau tidaknya wpembangunan proyek (analisis yang dimaksud di sini adalah aspek abiotik, biotik dan kultural) malah disalahgunakan sebagai laporan yang sifatnya formalitas sebagai alat pelancar pembangunan. Lebih mirisnya laporan AMDAL yang pernah dilaporkan dalam pendirian PLTU yang ada di Jawa menurut greenpeace laporan yang dibuat memiliki kesamaan bahkan cenderung hanya sebatas copy paste saja. Hal tersebut membuktikan bahwa cara apapun akan dilakukan pihak perusahaan yang memiliki kepentingan akan dilakukan demi mempermudah proses pembangunan meski menggunakan akal yang bulus dengan tidak memperhatikan kedaulatan alam didaerah sekitar pembangunan. Tentu kegiatan semacam itu akan semakin mengancam kedaulatan alam raya dalam rangka menjaga keseimbangan ekosistem yang ada.
Bukan hanya tentang pembangunan saja yang dapat mengancam kedaulatan alam. Penggunaan sampah plastik yang membutuhkan waktu yang lama sehingga dapat terurai oleh mikroba alami. Budaya penggunaan sampah plastik di Indonesia masih terbilang sangat tinggi. Bahkan Indonesia menjadi penyumbang sampah plastik terbesar nomor dua setelah Cina dengan luasan 65,7 hektare kantong plastik atau sekitar 60 kali luas lapangan sepak bola. Mencengangkan memang, sebuah prestasi bagi Indonesia dengan semboyannya sebagai paru- paru dunia.
Berdasarkan pemaparan diatas sudah seharusnya kader PMII rayon Abdurrahman Wahid sudah bisa memikirkan formula yang baru bagi kedaulatan Alam raya ini utamanya dalam konteks pendidikan yang merupakan daerah jamahan kader Rayon Abdurrahman Wahid. Diantaranya adalah:
1. Menyisipkan ajaran tentang urgensi menjaga kedaulatan alam pada kurikulum pendidikan
Kurikulum sebagai bahan dasar guru dalam memformulasikan segala hal pada saat melakukan proses pembelajaran pada siswanya mulai metode pembelajaran, model pembelajaran, dll. Terlebih kini kurikulum juga menekankan pada aspek afektif atau perilaku siswanya. Oleh karena itu penanaman paradigma tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem bisa disisipkan sehingga perilaku siswapun akan selaras dengan kedaulatan alam.
2. Tidak hanya sebatas mengajarkan pada peserta didiknya "buanglah sampah pada tempatnya" tetapi "gunakan plastik dengan secukupnya"
Dengan menilik prestasi Indonesia sebagai distributor sampah plastik terbanyak kedua didunia sudah sewajarnya pembatasan penggunaan sampah plastik di Indonesia juga mulai dibatasi. Slogan "buanglah sampah pada tempatnya" tentu tidak akan mampu mengurangi penggunaan sampah plastik diIndonesia. Belum lagi tentang siklus sampah plastik yang setelah dibuang ditempat sampah juga belum tentu dapat terurai dengan baik oleh alam atau malah justru berdampak buruk bagi alam.
3. Batasi penggunaan sampah plastik diarea sekitar lembaga pendidikan
Sebenarnya sudah terdapat gagasan yang baik dalam dunia pendidikan dalam pembatasan sampah plastik di dalam dunia pendidikan. Yaitu penghargaan sekolah hijau atau sekolah adiwiyata. Untuk mendapatkan penghargaan sekolah adiwiyata ini sebuah lembaga pendidikan tidak boleh membawa masuk plastik kedalam sekolah. Namun belum banyak lembaga pendidikan yang mampu menerapkan sistem seperti ini. Harapannya sebagai alumni PMII rayon Abdurrahman Wahid yang berprofesi dibidang pendidikan serta peduli terhadap keseimbangan eskosistem dan kelestarian alam mampu menjadi inspirator dalam memperbaiki tatanan pendidikan yang ada di Indonesia demi tegaknya kedaulatan alam serta keseimbangan ekosistem di Indonesia.
Beberapa hal tersebut tentu tidak hanya dapat diterapkan oleh orang orang yang berprofesi keguruan atau yang bekerja paa lembaga pendidikan. Tentunya sebagai kader PMII sudah semestinya kita saling menjaga stabilitas ekosistem yang ada dengan tidak membuang sampah sembarang, menebang pohon tanpa sistem tebang pilih, atau segala hal yang dapat merusak ytatanan ekosistem yang ada. Karena sejatinya sebagai kader PMII sudah termaktub dalam salah satu point Nilai Dasar Pergerakan PMII adalah hablumminalalam dimana tidak hanya dengan manusia saja kita berhubungan dan saling bersosial, melainkan dengan alam raya ini pula kita juga berdampingan.
Ditulis oleh Alfan ( Kader PMII rayon Abdurrahman Wahid )
0 Komentar