Ilustrasi canggihnya era digital oleh pinterest 

Perilaku seksual remaja adalah topik penting yang sering dihindari, tetapi sangat perlu dibahas. Di era digital ini, generasi muda memiliki akses mudah ke berbagai informasi, termasuk tentang seksualitas. Sayangnya, informasi yang tidak tepat dan kurangnya pendidikan seksual yang memadai dapat mempengaruhi perilaku seksual mereka. Mari kita telusuri lebih dalam mengenai perilaku seksual remaja di era digital ini. 

Menurut Sarwono (2011), perilaku seksual adalah suatu bentuk perilaku yang dirangsang oleh hasrat atau keinginan seksual dan dapat terjadi antara orang yang berlainan jenis maupun sesama jenis. Menurut Pangkahila W., secara psikologis, perubahan yang terjadi pada masa remaja sering kali disebabkan oleh dorongan seksual, perasaan cinta, dan ketertarikan terhadap lawan jenis. Hal ini tidak lepas dari pengaruh hormon seks, seperti testosteron. 

Remaja masa kini lahir dan tumbuh dalam era digital, di mana media sosial dan internet menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Mereka memeriksa ponsel segera setelah bangun tidur, menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar, dan tertidur dengan ponsel di samping mereka. Teknologi telah menjadi teman sejati, menyediakan hiburan, informasi, dan sarana komunikasi yang tak terbatas. Namun, di balik manfaatnya, internet dan media sosial juga memiliki sisi negatif.

Era digital telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam perilaku seksual remaja. Media sosial dan internet telah menjadi sumber informasi utama tentang seksualitas bagi banyak remaja. Sayangnya, informasi yang mereka dapatkan terkadang tidak akurat atau merusak. Menurut Anderson et al. (Mooduto et al., 2021), Kementerian Informasi dan Komunikasi Republik Indonesia mencatat peningkatan pesat jumlah pengguna internet, di mana 80% di antaranya adalah remaja berusia antara 15 dan 19 tahun. Tidak semua remaja menggunakan media sosial dan internet untuk hal-hal positif; banyak yang memanfaatkannya untuk mengakses konten pornografi. Konten semacam ini mudah diakses, dan sering kali remaja merasa aman karena berinteraksi dari balik layar.

Selain itu, media sosial memungkinkan remaja untuk berhubungan dengan orang yang tidak mereka kenal dengan cara yang mungkin tidak mereka lakukan di kehidupan nyata, seperti sexting atau berbagi foto atau video yang tidak pantas. Penggunaan aplikasi kencan juga menjadi tren di kalangan remaja untuk bertemu dan berinteraksi dengan orang yang tidak dikenal, yang bisa berpotensi mengarah ke perilaku seksual. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua remaja terpengaruh oleh media sosial dan internet dengan cara yang sama. Banyak faktor lain, seperti peran orang tua dan lingkungan sosial, yang memainkan peran penting dalam membentuk perilaku seksual remaja.

Penggunaan media sosial dan aplikasi kencan online di era digital ini dapat mempengaruhi cara remaja berinteraksi dan membentuk hubungan. Mereka mungkin mengalami tekanan untuk terlibat dalam hubungan atau perilaku seksual yang tidak sehat, yang dapat memengaruhi kualitas hubungan mereka. Paparan terhadap konten seksual yang tidak pantas atau tidak sehat di era digital dapat menyebabkan gangguan emosional pada remaja, seperti kecemasan, depresi, atau rendahnya harga diri akibat perbandingan dengan citra tubuh yang tidak realistis. Remaja yang terpapar konten seksual yang tidak sehat cenderung terlibat dalam perilaku seksual berisiko, seperti melakukan hubungan seks yang tidak aman.

Oleh karena itu, di era digital ini, peran orang tua sangat penting dalam membantu anak agar lebih berhati-hati dalam berperilaku seksual. Dengan komunikasi terbuka, orang tua perlu menciptakan lingkungan yang aman untuk berkomunikasi dengan remaja tentang seksualitas. Membuka saluran komunikasi yang jujur tanpa hukuman akan membantu remaja merasa nyaman untuk berbagi pertanyaan, kekhawatiran, atau pengalaman mereka terkait dengan seksualitas. Orang tua juga perlu mengawasi penggunaan teknologi anak-anak mereka, termasuk akses mereka ke internet dan media sosial. Mereka dapat membatasi akses ke konten yang tidak sesuai dengan usia dan memberikan informasi terkait kesehatan reproduksi. 

Menurut Direktorat Penanggulangan Masalah Kesehatan Reproduksi, kesehatan reproduksi bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, tetapi juga mencakup kesehatan fisik, mental, dan sosial secara keseluruhan dari sistem reproduksi.

Kesimpulannya, perilaku seksual pada remaja di era digital adalah fenomena kompleks yang perlu dipahami dengan baik. Pengaruh teknologi dan internet membawa dampak signifikan dalam cara remaja menjalani dan mengelola kehidupan seksual mereka. Risiko dan tantangan yang dihadapi juga perlu diperhatikan, serta pentingnya pendidikan seksual yang memadai. Dengan pemahaman yang baik tentang perilaku seksual pada remaja di era digital, kita dapat membantu mereka untuk mengelola dan menjaga kesehatan seksual mereka dengan bijak.


Penulis: Manzilatus Shofiy

Referensi

Mooduto, S. F., Abdul, N. A., & Tompunuh, M. M. (2021). Paparan media sosial terhadap perilaku seksual remaja. Journal Midwifery Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Gorontalo, 7(1), 1. https://doi.org/10.52365/jm.v7i1.304

Soejoeti, S. Z. (n.d.). Perilaku seks di kalangan remaja dan permasalahannya. Retrieved December 10, 2023 from https://media.neliti.com/media/publications-test/156747-perilaku-seks-di-kalangan-remaja-dan-per-6474b14d.pdf

Yulianto, A., Psikologi, S., Humaniora, F., Bisnis, D., Jaya, P., Selatan, T., Cendrawasih, J., & Blok, R. (2020). Pengujian psikometris kalagutman untuk mengukur perilaku seksual pada remaja berpacaran. 18, 38.

Yulianto, A., Rohmadini, A. F., Khansa, J., & Egi, M. (2020). Perbedaan perilaku seksual pranikah antara remaja pengguna internet tinggi dan remaja pengguna internet rendah di Tangerang Selatan. Prosiding E-Conference Konsorsium Psikologi Ilmiah Nusantara 2020, 1.

Yusuf, R. I., & Hamdi, A. (2021). Efek interaksi penggunaan media sosial dan pengetahuan kesehatan reproduksi terhadap perilaku seksual berisiko remaja. Jurnal Pekommas. https://doi.org/10.30818/jpkm.2021.2060304